Mendengar nama Sulianti Saroso, tentu dibenak kita saat ini langsung terbayang sebuah nama dari Rumah Sakit di Jakarta, dibalik nama Rumah Sakit khusus tersebut, ternyata terdapat nama seorang tokoh yang sangat menginspirasi di masa lalu.
RSUD H. Abdul Manan Simatupang ( RSUD-HAMS ) di Kabupaten Asahan merupakan Rumah Sakit yang berdiri atas prakarsa dan inisiatif Bupati Asahan yang saat itu dijabat oleh Bapak H. Abdul Manan Simatupang, hingga namanya disematkan pada Rumah Sakit tersebut.
Bagi masyarakat Aceh, nama Zainoel Abidin sangat familiar mendengar nama itu langsung membayangkan Rumah Sakit yang berada di ibu kota Provinsi Aceh. RSUD dr Zainoel Abidin adalah rumah sakit negeri kelas A dengan meraih akreditasi paripurna dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) pada tahun 2015, nama Zainoel Abidin dicatut dari sosok direktur pertama dr. Zainoel Abidin
Di Kabupaten Aceh Singkil berdiri sebuah mesjid besar yang menjadi kebanggaan masyarakat muslim di bumi Syaikh Abdurrauf As-Singkily. Masjid Nurul Makmur yang dibangun sejak tahun 2000 itu tersemat nama Bupati Pertama yang memerintah Kabupaten Aceh Singkil selama dua periode. H Makmur Syahputtra, SH,MM,.
Menurut saya, Rumah Sakit Sublussalam pantas diberi nama RSUD H.Merah Sakti, pemikiran ini bukan tanpa alasan. H.Merah Sakti sosok Wali Kota pertama yang pernah memimpin Kota Subulussalam dalam dua periode itu perlu mendapat penghormatan dan dikenang masyarakat.
Tidak sedikit masyarakat mengakui bahwa H. Merah Sakti adalah bapak pembangunan Kota Subulussalam, kegigihannya dalam meperjuangkan Subulussalam yang dulunya hanya Kecamatan bagian dari Pemerintahan Kabupaten Aceh Singkil.
Sejak lahirnya Pemerintahan Kota Subulussalam terus mendapati perkembangan dan kemajuan yang nyata dirasakan masyarakat dari kepemimpinan H. Merah Sakti.
Terkejut dan terperanjat mendengar berita wafatnya wali kota pertama itu pada rabu tanggal 08 september lalu, saat itu saya sedang bersama Pak H.Yandri Susanto, Ketua Komisi VIII DPR RI di Gedung Senayan Jakarta.
Berita duka itu menyebar dengan cepatnya menyisakan kesedihan yang mendalam, Kota Subulussalam diselimuti kesedihan, beberapa ucapan belangsungkawa dipublikasikan di media sosial, bukan hanya itu pada proses pengurusan fardhu kifayah jenazahnya tampak antusias masyarakat berbondong-bondong menyertai, bahkan wali kota sekarang (H.Affan Alfian Bintang) juga ikut mengantarkan jenazah H.Merah Sakti ke tempat peristirahatan terahir.
Penyematan nama H.Merah Sakti pada RSUD Kota Subulussalam hanya sekedar pemikiran dan harapan sebagai penghormatan dan untuk mengenang jasa sosok wali kota pertama itu.
Jika di daerah lain penyematan nama rumah sakit kerap diambil dari nama tokoh yang dianggap berpengaruh didaerah tersebut, maka bisa saja kita melakukan itu terhadap RSUD Subulussalam.
Menetapkan nama pada instansi pemerintah seperti Rumah Sakit tentunya harus melaui proses dan mekanisme sesuai peraturan yang berlaku di pemerintahan, ada pihak yang berwenang untuk itu, namun menurut saya hal ini tidak ada salahnya untuk dipertimbangkan.
Pemikiran menyematkan nama H.Merah Sakti pada Rumah Sakit Subulussalam ini terbesit begitu saja dalam momentum menyambut Hari Jadi Subulussalam pada 14 september mendatang, disambut dengan sebuah harapan prasasti bertuliskan RSUD H.Merah Sakti terpampang pada pintu masuk Rumah Sakit Umum Daerah Subulussalam
Ditulis : Haji Rasyid Bancin (HRB)
Dari Sepadan, Kecamatan Rundeng, Kota Subulussalam