Pendidikan di era globalisasi memang dituntut untuk terus berkembang mengikuti zaman. Teknologi pendidikan, fasilitas digital, dan metode pembelajaran modern telah menjadi kebutuhan mendasar dalam proses pendidikan saat ini. Namun, Direktur Kulliyatul Muallimin Islamiyah (KMI) Pondok Modern Daarurrahmah Sepadan, Ustadz Yunus Gultom, Lc., mengingatkan bahwa meski teknologi dan metode berkembang pesat, ruh atau jiwa seorang guru harus tetap menjadi inti utama pendidikan.
Ustadz Yunus Gultom merujuk pada kalimat bijak dari KH. Imam Zarkasyi, salah satu pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), yang menyebutkan, “At-thariqah ahammu minal maddah, wal mudarris ahammu minat-thariqah, wa ruhul mudarris ahammu minal mudarris nafsihi.” Maknanya, metode pengajaran memang penting, guru lebih penting dari metode tersebut, dan jiwa seorang guru jauh lebih penting daripada sekadar sosok guru itu sendiri.
Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa seorang guru bukan hanya sekadar pemberi materi atau fasilitator teknologi, tetapi sebagai sosok pembimbing yang memiliki ikatan emosional dengan siswa. Guru dengan ruh yang hadir penuh dalam mendidik akan mampu memberikan dampak yang lebih besar dan mendalam dibandingkan guru yang sekadar mengajar tanpa melibatkan hati.
Dalam konteks metode pembelajaran modern seperti Problem Based Learning (PBL), guru dituntut kreatif dan inovatif agar siswa aktif, kreatif, dan mampu memecahkan masalah secara mandiri. Meski demikian, kecanggihan metode pembelajaran tetap bergantung kepada kompetensi dan jiwa sang guru. Guru yang benar-benar hadir secara jiwa dalam kelas akan lebih mudah menyentuh aspek emosi dan mental siswa, sehingga pendidikan karakter serta keterampilan siswa berkembang optimal.
“Guru tidak hanya menjadi pemberi materi. Ia adalah parenting siswa di sekolah, menjadi motivator, bahkan penggerak utama proses belajar-mengajar. Tetapi, hal paling utama adalah ruh atau jiwa yang ada di dalam guru tersebut,” tegas Ustadz Yunus.
Ia menambahkan, pendidikan yang sejati bukan hanya soal mengejar ijazah, tetapi menghadirkan perubahan nyata bagi kehidupan siswa. Di era yang penuh tantangan ini, kehadiran ruh guru yang mengajar dengan sepenuh hati menjadi esensi utama pendidikan yang membedakan antara sekolah yang hanya formalitas dan sekolah yang benar-benar mendidik.
Ustadz Yunus mengajak semua guru dan praktisi pendidikan untuk menghadirkan ruh dalam setiap proses pembelajaran, memastikan siswa tidak hanya sekadar belajar, tetapi juga menemukan makna, tujuan, serta semangat hidup dalam pendidikan.